BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang
sangat mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang
dewasa, melainkan sebagai mahluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda
dengan orang dewasa.
Setiap perawat perlu memahami
perspektif keperawatan anak sehingga dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
anak selalu berpegang pada prinsip perawatan anak. Perspektif keperawatan anak
merupakan landasan berpikir bagi seorang perawat anak dalam melaksanakan
pelayanan keperawatan terhadap klien anak maupun keluarganya. Isi bahasan
perspektif keperawatan anak mencakup perkembangan keperawatan anak, falsafah
keperawatan anak, dan peran perawat anak.
Untuk bisa memenuhi atau menjadi
perawat yang prefesional bagi keperawatan anak perawat juga harus memahami
konsep konsep hospitalisasi pada anak. Hospitalisasi
adalah bentuk stressor individu yang berlangsung selama individu tersebut
dirawat dirumah sakit.
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1. Lingkungan yang asing
2. Berpisah dengan orang yang berarti
3. Kurang informasi
4. Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5. Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
6. Prilaku petugas Rumah Sakit.
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1. Lingkungan yang asing
2. Berpisah dengan orang yang berarti
3. Kurang informasi
4. Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5. Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
6. Prilaku petugas Rumah Sakit.
1
BAB II
Pembahasan
A.
Perspektif keperawatan anak dalam konteks keluarga
1.
FALSAFAH
KEPERAWATAN ANAK
Falsafah
keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus keluarga (family centered care), pencegahan
terhadap trauma (atraumatic care),
dan manajemen kasus.
a.
Perawatan berfokus pada keluarga (family centered care)
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak bagian
dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk
itu, keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau
sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak. Keperawatan anak perlu
memperhatikan kehidupan social, budaya, dan ekonomi dari keluarga dapat
menentukan pola kehidupan anak selanjutnya factor-faktor tersebut sangat
menentukan perkembangan anak dalam kehidupan dimasyarakat.
Kehidupan anak juga sangat ditentukan oleh bentuk dukungan keluarga, bila
dukungan keluarga sangat baik, maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif
stabil, tetapi apabila dukungan keluarga pada anak kurang baik, maka anak akan
mengalami hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis anak.
Dengan demikian, dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak, diperlukan
keterlibatan keluarga. Seringkali didapatkan dampak cukup berarti pada anak
apabila ditinggal sendiri tanpa ada yang menemani seperti kecemasan bahkan
menjadi stres yang apabila dibiarkan maka upaya penyembuhan sulit tercapai.
Kerjasama antara anak dan orang tua
dapat terjalin hingga program perawatan dirumah melalui peningkatan kemampuan
dan keterampilan dalam perawatan anak seperti tindakan mengukur suhu ketika
panas dan dalam pemberian kompres dingin/hangat.
2
b.
Atraumatic care
Atraumatic care yang dimaksud
disini adalah perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga.
Perawatan tersebut difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma. Perhatian
khusus kepada anak sebagai individu yang masih dalam usia tumbuh kembang sangat
penting karena masa anak merupakan proses menuju kematangan. Kalau proses
menuju kematangan tersebut terdapat hambatan atau gangguan maka anak tidak akan
mencapai kematangan.
Beberapa kasus yang sering diumpai di masyarakat seperti peristiwa yang dapat
menimbulkan trauma pada anak adalah cemas, marah, nyeri dan lain-lain. Apabila
hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan dampak psikologis pada anak dan
tentunya akan menganggu perkembangan anak. Dengan demikian atraumatic care
diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari
tindakan keprerawatan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau
aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma. Beberapa prinsip yang
dapat dilakukan oleh perawat, antara lain:
1) Menurunkan atau mencegah
dampak perpisahan dari keluarga
2) Meningkatkan
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak
3) Mencegah atau
mengurangi cedera ( injury) dan nyeri (dampak psikologis)
4) Tidak melakukan
kekerasan pada anak
5) Modifikasi
lingkungan fisik
c. Manajemen
kasus
Pengelolaaan kasus secara
komprehensif adalah bagian utama dalam pemberian asuhan keperawatan secara
utuh, melalui upaya pengkajian, penentuan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.Pendekatan psikologis yang dilakukan yang mempersiapkan secara
fisik, memberi kesempatan pada orang tua dan menciptakan lingkungan yang nyaman
bagi anak dan orang tua.
3
2.
PERAN PERAWAT PEDIATRIK
a. Hubungan terapeutik
Diterapkan
dalam berkomunikasi dengan anak dan keluarga, bersifat empati dan professional
dengan memisahkan peran perawat dari keluarga tanpa mengganggu kenyamanan anak
dan keluarga
b. Family advocacy/caring
Advokasi
meliputi jaminan bahwa keluarga akan mengetahui yankes yang tersedia,
diinformasikan tentang prosedur dan pengobatannya secara benar. Caring berarti
memberikan yankes secara langsung pada anak.
c. Disease prevention/Health promotion
Melakukan
dan mengajarkan keluarga tentang bagaimana cara mencegah penyakit baik dari
luar maupun dari dalam tubuh.
d. Health education
Memberikan
pendidikan kesehatan yang bertujuan membantu orangtua dan anak memahami suatu
pengobatan medis, mengevaluasi pengetahuan anak tentang kesehatan mereka,
memberi pedoman antisipasi
e. Support/counseling
Memberikan
perhatian pada kebutuhan emosi melalui dukungan dan konseling. Dukungan
diberikan dengan mendengar, menyentuh dan kehadiran fisik untuk memudahkan
komunikasi nonverbal. Sedangkan, konseling dalam bentuk pertukaran pendapat,
melibatkan dukungan, penyuluhan teknik untuk membantu keluarga mengatasi stress
dan mendorong ekspresi perasaan dan pikiran. Yang membantu keluarga mengatasi
stress dan memampukan untuk mendapatkan tingkat fungsi yang lebih tinggi.
f. Pengambil keputusan etis
Prinsipnya,
tindakan yang ditentukan adalah yang paling menguntungkan klien, dan sedikit
bahayanya terhadap segala aspek yang berhubungan denagn pelaksanaan asuhan
keperawatan. Seperti dalam kerangka kerja mesyarakat, standar praktik
professional, hukum, aturan lembaga, tradisi religius, sistem nilai keluarga
dan nilai pribadi perawat.
4
g. Coordination/Collaboration
Bekerjasama dengan
spesialis / profesi lain dalam mengatasi kesehatan anak.
h. Peran restorative
Keterlibatan perawat
secara langsung dalam aktivitas pemberi asuhan yang dilakukan atas daar konsep
teori yang berfokus pada pengkajian dan evaluasi status yang berkesinambungan.
Perawat punya tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakannya.
i.
Research
Melakukan praktik
berasarkan penelitian, menerapkan metode inovatif dalam memberikan intervensi
pada anak, melakukannya berdasarkan penelitian dan sesuai rasional.
j.
Health care planning
Menggunakan perencanaan
& metode yang tepat untuk perawatan anak. Perawat melibatkan penyediaan
layanan yang baru, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
k. Trend masa depan
Ada beberapa hal yang
dituntut :
• Pengobatan penyakit (kuratif) menjadi promosi kesehatan
(promotif)
• Filosofi asuhan berpusat pada keluarga bukan pilihan
melainkan kewajiban
•
Perawat dituntut
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan, komputer, membuktikan keunikan
peran mereka dan dituntut lebih mandiri dan melebihi lingkungan asuhan
terdahulu.
B. KONSEP SAKIT DAN HOSPITALISASI ANAK
Hospitalisasi adalah suatu proses
yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk
tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya
kembali ke rumah.
Berbagai perasaan yang muncul pada anak yaitu : cemas, marah, sedih, takut, rasa
bersalah. Perasaan itu timbul karena
menghadapi sesuatu yg baru dan belum pernah dialami sebelumya.
5
Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua
menjadi sress pula, dan stres orang tua akan membuat tingkat stress anak
semakin miningkat.
Sehingga asuhan keperawatan tidak bisa hanya berfokus
pada anak , tetapi juga pada orangtuanya.
1. Stress dan Reaksi Berhubungan dengan Tingkat Perkembangan
a.
INFANT
Cemas akibat
perpisahan dengan orangtua akan menyebabkan gangguan pembentukan rasa percaya
dan kasih sayang.
Pada usia
lebih 6 bulan akan menyebabkan Stranger Anxiety dimana anak akan :
- menangis
- marah
- Gerakan
yang berlebihan.
Pada usia 6
bulan akan memperlihatkan Separation Anxiety dimana bayi menenagis keras jika
ditinggal ibunya.
Perlukaan
dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh yg
berlebihan dan menangis kuat.
b.
TODLLER
Perpisahan
merupakan sumber strees pada usia todller.
Respon
prilaku yang anak sesuai dgn tahapannya yaitu :
1. Tahap protes
: nangis kuat, menjerit memanggil orangtua, menolak perhatian orang lain.
2. Tahap putus
asa : namgis berkurang, tidak aktif, kurang minat bermain dan makan, menarik
diri, sedih dan apatis.
3. Tahap denial
: samar menerima, membina hubungan dangkal, dan anak mulai menyukai lingkungan.
4. Kehilangan
kontrol : setiap pembatasan yang dilakukan anak merasa tidak aman dan mengancam,
terganggu aktivitas rutin.
6
5. Reaksi
perlukaan dan sakit: meringis menggingit , memggigit danm emukul, dapat
mengkomunikasikan rasa nyeri dan menunjjukkan lokasi.
c.
PRA SEKOLAH
Reaksi
terhadap perpisahan : menolak makan , sering bertanya, menangis
pelan-pelan dan tidak kooperatif.
Kehilangan
kontrol : pembatasan aktivitas sehari-hari dan kehlangan kekuatan diri.
Reaksi perlukaaan
dan sakit : mengganggap tindakan dan prosedur mengancam integritas tubuh. Reaksi
yang timbul seperti : anak agresif, ekspresi verbal, regresi.
d.
USIA SEKOLAH
• Perpisahan
: berpisah dgn teman –teman sebaya.
Kehilangan
kontrol : kelemahan fisik dan takut mati.
•
Reaksi perlukaan dan sakit : mengkomunikasikan rasa
sakit, dan mampu mengotrol rasa sakit (gigit bibir dan mengenggam).
e.
USIA REMAJA
• Perpisahan
: pisah dgn teman-teman sebaya.
• Kehilangan
kontrol : menolak, tidak kooperatif dan menarik diri.
• Reaksi
perlukaan dan sakit : perasaan tidak aman sehingga menimbulkan respon
• banyak
bertanya, menarik diri, dan menolak orla.
2.
Stress dan
Reaksi pada Keluarga dengan Anak Hospitalisasi
a.
Reaksi ortu :
1.
Perasaan cemas dan takut : perasaan tersebut muncul
pada saat ortu melihat anak mendapat prosedur menyakitkan ( Perawat harus
bijaksana dan bersikap adil pada anak
dan orang tua), banyak
bertanya, menarik diri, dan menolak orla.
7
2.
Perasaan Sedih : Muncul pada saat anak dalam kondisi
terminal dan ortu mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh.
3.
Perasaan frustasi : Muncul pada kondisi
anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan
serta tidak adekuatnya dukungan psikologis.
b.
Reaksi saudara kandung
1.
Marah
2.
Cemburu
3.
Benci dan bersalah
3.Pertumbuhan dan perkembangan anak dalam berbagai
kelompok umur
Pertumbuhan
adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara
kuantitatif dapat diukur. Seangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya
fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
Proses pertumbuhan dan perkembangan
anak, tidak selamanya berjalan sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan
karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor yang dapat
diubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat diubah/dimodifikasi
yaitu faktor lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang menyebabkan
gangguan terhadap proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu diubah
(dimodifikasi).
Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut adalah sebagai berikut:
faktor
keturunan (herediter)
a.
seks
kecepatan pertumbuhan dan
perkembangan pada seorang anak wanita berbeda dengan anak laki-laki
b.
ras
anak keturunan bangsa Eropa lebih
tinggi dan besar dibandingkan dengan anak keturunan bangsa Asia.
8
faktor
lingkungan
a.
Lingkungan
eksternal
1.
Kebudayaan
Kebudayaan
suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan adat kebiasaan dan tingkah laku
dalam merawat dan mendidik anak.
2.
Status
sosial ekonomi keluarga
Keadaan
sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pola asuhan terhadap anak.
Misalnya orang tua yang mempunyai
pendidikan cukup mudah menerima dan menerapkan ide-ide utuk pemberian asuhan
terhadap anak.
3.
Nutrisi
Untuk
tumbuh kembang, anak memerlukan nutrisi yang adekuat yang didapat dari makan
yang bergizi. Kekurangan nutrisi dapat diakibatkan karena pemasukan nutrisi
yang kurang baik kualitas maupun kuantitas, aktivitas fisik yang terlalu aktif,
penyakit-penyakit fisik yang menyebabkan nafsu makan berkurang, gangguan
absorpsi usus serata keadaan emosi yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
4.
Penyimpangan
dari keadaan normal
Disebabkan
karena adanya penyakit atau kecelakaan yang dapat menggangu proses pertumbuhan
dan perkembangan anak.
5.
Olahraga
Olahraga
dapat meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi, dan menstimulasi terhadap
perkembangan otot-otot.
6.
Urutan
anak dalam keluarganya
Kelahiran
anak pertama menjadi pusat perhatian keluarga, sehingga semua kebutuhan
terpenuhi baik fisik, ekonomi, maupun sosial.
b.
Lingkungan
internal
1.
Intelegensi
pada umumnya anak yang mempunyai
intelegensi tinggi, perkembangannya akan lebih baik jika dibandingkan dengan
yang mempunyai intelegensi kurang.
2.
hormone
Ada
tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu: somatotropin,hormone
9
yang mempengaruhi jumlah sel untuk
merangsang sel otak pada masa pertumbuhan, berkuragnya hormon ini dapat
menyebabkan gigantisme; hormon tiroid,
mempengaruhi pertumbuhan, kurangnya hormon ini apat menyebabkan kreatinisme; hormon gonadotropin, merangsang testosteron
dan merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa.
Sedangkan estrogen merangsang perkembangan seks sekunder wanitadan produksi sel
telur.kekurangan hormon gonadotropin ini dapat menyebabkan terhambatnya
perkembangan seks.
3.
Emosi
Hubungan
yang hangat dengan ornag lain seperti ayah, ibu, saudara, teman sebaya serta
guru akan memberi pengaruh pada perkembangan emosi, sosial dan intelektual
anak. Pada saat anakberinteraksi dengan keluarga maka kan mempengaruhi
interaksi anak di luar rumah. Apabila kebutuhan emosi anak tidak dapat
terpenuhi.
4. Pelayanan
Kesehatan yang
ada di sekitar Lingkungan
Dengan adanya pelayanan kesehatan
disekitar lingkungan anak dapat mempengaruhi tunbuh kembang anak, karena dengan
anak diharapkan dapat terkontrol perkembangannya dan jika ada masalah dapat
segera diketahui sedini mungkin serta dapat dipecahkan / dicari jalan keluarnya
dengan cepat.
A.
Pola Pertumbuhan dan Perkembangan
Pola
pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus menerus. Pola ini dapat merupakan
dasar bagi semua kehidupan manusia, petunjuk urutan dan langkah dalam
perkembangan anak ini sudah ditetapkan tetapi setiap orang mempunyai keunikan
secara individu.
Pertumbuhan fisik dapat dilihat secara lebih nyata, namun sebenarnya disertai pula dengan pertumbuhan psikososial anak dan diikuti dengan hal-hal dibawah ini:
Pertumbuhan fisik dapat dilihat secara lebih nyata, namun sebenarnya disertai pula dengan pertumbuhan psikososial anak dan diikuti dengan hal-hal dibawah ini:
1.
Directional
trends
Pertumbuhan
dan perkembangan berjalan secara teratur, berhubungan dengan petunjuk atau
gradien atau reflek dari perkembangan fisik dan maturasi dari fungsi neuromuscular.
Prinsip-prinsip ini meliputi:
a.
Cephalocandal
atau Head to tail direction (dari arah kepala ke kaki)
misalnya: mengangkat kepala, duduk
kemudian mengangkat dada dan menggerakkan
10
ekstremitas bagian bawah.
b.
Proximadistal
atau near to far direction
(menggerakkan anggota gerak yang
paling dekat dengan pusat dan pada anggota gerak yang lebih jauh dari pusat. Misalnya: bahu dulu baru jari-jari
c.
Mass
to specific atau simple to complex
(menggerakkan daerah yang lebih
sederhana dulu baru kemudian yang lebih komplex). Misalnya: mengangkat nahu dulu baru
kemudian menggerakkan jari – jari yang lebih sulit atau melambaikan tangan baru
bisa memainkan jari.
2.
Sequential
trends
Semua
dimensi tumbuh kembang dapat diketahui maka sequence dari tumbuh kembang tersebut
dapat diprediksi, dimana hal ini berjalan secara teratur dan kontinyu. Semua
anak yang normal melalui setiap tahap ini. Setiap fase dipengaruhi oleh fase
sebelumnya.
Misal: tengkurap – merangkak – berdiri – berjalan.
Misal: tengkurap – merangkak – berdiri – berjalan.
3.
Masa
sensitive
Pada
waktu-waktu yang terbatas selama proses tumbuh kembang dimana anak berinteraksi
terutama dengan lingkungan yang ada, kejadian yang spesifik.
Masa-masa tersebut adalah sebagai
berikut:
a.
masa kritis
yaitu masa yang apabila tidak
dirangsang/berkembang maka hal ini tidak akan dapat digantikan pada masa
berikutnya.
b.
masa sensitive
mengarah pada perkembangan dan
mikroorganisme. Misalnya pada saat perkembangan otak, ibunya menderita flu maka
kemungkinan anak tersebut akan hydrocepallus/encepalitis.
c.
masa optimal
yaitu suatu masa diberikan
rangsangan optimal maka akan mencapai puncaknya. Misalnya: anak usia 3
tahun/saat perkembangan otak dirangsang dengan bacaan-bacaan/gizi yang tinggi,
maka anak tersebut dapat mencapai tahap perkembangan yang optimal. Perkembangan
ini berjalan secara pasti dan tepat, tetapi tidak sama untuk setiap anak.
11
Misalnya: ada yang lebih dulu bicar
baru jalan atau sebaliknya ada
yang badannya lebih dulu berkembang
kemudian subsistemnya dan sebaliknya dan
sebagainya.
Perkembangan fisik berpengaruh secara
:
Langsung, akan menentukan keterampilan anak dalam
bergerak.
Tidak langsung, akan berpengaruh terhadap cara pandang
dirinya terhadap keadaan dirinya sendiri dan orang lain akan berpengaruh
terhadap perkembangan kepribadian anak.
Daur pertumbuhan utama
Ada empat periode :
1.
Periode pra lahir s.d 6 bulan adalah
periode cepat
2.
Akhir tahun pertama pasca lahir :
melambat s. d stabil yaitu antara usia 8 – 12 tahun.
3.
Usia 12 – 18 tahun : periode cepat
kembali s. d usia dewasa (ledakan pubertas)
4.
Tahap tenang : dewasa s.d lansia walau
berat badan kadang berubah-ubah.
Proporsi tubuh
Proporsi tubuh
Masa bayi : ukuran kepala lebih
besar dari badan
Masa kanak – remaja pertumbuhan
kaki dan tangan lebih cepat daripada kepala
Masa dewasa : kepala lebih kecil dari badan, ukuran kepala
2 x lahir, badan 3 x ukuran
lahir, lengan dan kaki 5 kali lahir, otot, tulang, paru – paru dan alat kelamin
± 20 kali lahir.
Otak sempurna 10 tahun pertama,
bola mata sempurna 5 tahun pertama, jantung dan anggota tubuh lainnya mencapai
20 tahun untuk mencapai kesempurnaan.
Bentuk bangun tubuh :
Endomorf : gemuk dan berat
Mesomorf : anak kekar, berat bentuk
badan segitiga
Ektomorf : kurus dan bertulang
panjang
12
Otot dan lemak
Ada tiga periode kritis pembentukan
sel lemak :
1)
3 bulan terakhir kehidupan pra lahir
2)
2 – 3 tahun pasca lahir
3)
antara usia 11 – 12 tahun (usia remaja)
Bila setiap periode ini terlalu
banyak makan mengandung karbohidrat akan merangsang pertumbuhan sel – sel lemak
yang lebih padat dan jika lemak itu sudah terbentuk akan menetap seumur hidup.
Berat Tubuh
Usia 4 bulan : 2 x BBL
Usia 1 tahun : 3 x BBL
Usia 2 – 3 tahun bertambah 2,5 kg
setiap tahunnya
(Perkembangan Anak : Elizabeth
Hurlock)
Usia 5 tahun : 5 x BBL
Usia remaja 40 – 45 kg
Antara usia 10 – 12 tahun mendekati
tahap remaja periode lemak berlangsung selama 2 tahun tapi tidak merata
terutama wanita.
Gigi
Mulai erupsi usia 6 – 8 bulan
Usia 9 bulan baru 3 buah gigi
Usia 2 - 2,5 tahun : 20 gigi susu
Urutan Erupsi : gigi depan bawah
Usia 6 tahun : 1 – 2 gigi tetap
Usia 10 tahun : 14 – 16 gigi tetap
Usia 13 tahun 27 – 28 gigi tetap
Usia 17 – 25 tahun : bertambah 4
buah gigi bungsu
13
Makna gigi
Pengaruhnya terhadap emosi, usia 1
– 3 tahun secara
emosional terganggu.
Gangguan terhadap keseimbangan
tubuh, akibat rasa nyeri dan tidak nyaman.
Isyarat kedewasaan, munculnya gigi
tetap pertanda masa kanak berganti menuju tahap dewasa.
Penampilan : mencabut gigi susu
yang goyang lebih cepat kan membuat gigi baru tonggos.
Pengucapan kata- kata
Perkembangan susunan saraf
Masa kandungan – 4 tahun sangat
pesat (jumlah dan ukuran), setelah itu pengembangan sel saraf dalam fungsi.
Perubahan pada masa remaja
Periode pubertas : usia kedewasaan
berlangsung 3 – 4 tahun
Gadis berusi 12 – 14 tahun
Laki-laki berusia 13 – 15 tahun
Ada perubahan hormonal (gonadotropin
dan pertumbuhan) dan organ reproduksi
Perubahan tubuh masa pubertas
1. Ukuran tubuh, pertumbuhan cepat
2 tahun sebelum kematangan organ reproduksi, penambahan
tinggi 10 – 15 cm dan berat 5 – 10 kg , wanita mencapai tubuh dewasa
usia 18 tahun sementara pria usia 19 – 20 tahun
2. Perubahan proporsi tubuh.
Ada yang proporsional
ada yang tidak
3. Ciri kelamin utama dan sekunder
Perilaku masa puber : cenderung sulit
diduga dan agak melawan norma (tahap negatif), mudah tersinggung, tidak dapat
diikuti jalan fikirannya, sangat kritis, ingin mandiri, cenderung menyendiri.
14
Perasaan tidak nyaman, sangat
memperhatikan pandangan orang lain sehingga berpengaruh terhadap jangka
panjangnya dalam sikap, prilaku sosial, minat dan kepribadian.
Bahaya
perkembangan fisik :
Kematian,
2 minggu pertama kehidupan : masa kritis, 1
tahun pertama kehidupan akibat penyakit, 2 tahun pertama kehidupan akibat
kecelakaan.
Sakit, saluran pencernaan dan pernafasan pada
bayi, usia 3 – 8 tahun rawan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari kemajuan yang sederhana ke keterampilan yang lebih kompleks melalui proses belajar.
Prinsip – prinsip pertumbuhan dan perkembangan :
1.
Tumbang manusia akna berjalan sesuai dengan yang diprediksikan, berkelanjutan
dan berurutan.
2.
Tumbang neuromuskular mengikuti / sesuai dengan pola cephalo-caudal atau
proximodistal
3. Setiap perkembangan terkini adalah diyakini sebagai tanda telah selesainya tugas perkembangan yang sebelumnya, dan sebagai dasar untuk mengembangankan keahlian baru.
3. Setiap perkembangan terkini adalah diyakini sebagai tanda telah selesainya tugas perkembangan yang sebelumnya, dan sebagai dasar untuk mengembangankan keahlian baru.
4.
Tumbang mungkin untuk sementara akan gagal atau menurun selama periode kritis
5. Pola tumbang setiap individu berbeda tergantung genetik. Lingkungan yang mempengaruhi selama masa kritis.
5. Pola tumbang setiap individu berbeda tergantung genetik. Lingkungan yang mempengaruhi selama masa kritis.
15
3. Bermain
pada anak
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian
besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain.Pengertian Bermain sendiri
merupakan suatu aktivitas di mana anak dapat melakukan atau mempraktikkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
mepersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa.
1. KLASIFIKASI BERMAIN
Bermain dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu
berdasarkan isi permainan dan berdasarkan klasifikasi sosialnya.
Menurut
isi permainan, bermain dibagi menjadi enam jenis yaitu :
1. Social
of Affective Play
Dalam
permainan ini, anak belajar memberi respon terhadap stimulus yang diberikan
oleh lingkungan.
Contoh
: Orang tua mengajak bermain ciluk baa, maka anak memberi respon tertawa,
tersenyum.
2. Sense
of Pleasure Play
Anak
memberi perhatian, menstimulasi indera mereka dan memperoleh kesenangan dari
objek yang ada di sekitarnya. Objek tersebut seperti : cahaya, warna, rasa,
aroma, tekstur, dan konsistensi dari suatu benda. Kesenangan tersebut dapat
diperoleh dengan memegang objek tersebut.
Contoh : anak bermain boneka yang mengeluarkan suara
apabila di goyang.
3. Skill Play
Permainan ini memberi kesempatan pada anak untuk belajar
keterampilan tertentu dan anak akan belajar secara berulang-ulang.
Contoh : anak belajar
memegang sendok berukuran kecil.
15
4. Unoccupied
behaviour
Anak tidak bermain scara penuh, namun hanya berfokus
sebentar pada hal-hal yang menarik perhatiannya.
Contoh : anak memukul-mukul meja atau kursi yang
dilewatinya.
5. Dramatic Play
Anak berfantasi dengan menjalankan peran tertentu yang
mereka lihat dalam kesehariannya.
Contoh : anak bermain sebagi dokter, atau bermain
dagang-dagangan.
6. Games
Anak memilih jenis permainan apakah permainan yang
melibatkan orang lain atau anak bermain sndiri.
Contoh : anak bermain puzzel gambar atau menyusun lego.
Menurut karakter sosial, bermain dibagi menjadi lima jenis yaitu :
1. Onlooker Play
Anak hanya mengamati hal yang menarik perhatiannya tanpa
mau terlibat atau anak hanya menjadi penonton yang aktif.
Contoh : anak mengamati anak-anak lain bermain sepeda.
2. Solitary Play
Anak asyik bermain sendirian, namun terdapat anak lain
dengan mainan yang berbeda tetapi dalam area yang sama.
3. Parallel Play
Jenis permainan ini biasanya dilakuan oleh toddler atau
balita, dimana masing-masing anak memiliki mainan yang sama, berada dalam satu
area, namun tidak ada interaksi dan tidak saling bergantung pada anak.
16
4. Assosiative Play
Merupakan tipe bermain dimana anak bermain dalam
kelompok, dengan aktivitas yang sama, dapat saling meminjamkan mainan, tetapi
belum teorganisir dengan baik. Anak bermain sesuai keinginan masing-masing.
Contoh : anak bermain robot-robotan, mobil-mobilan, anak
bermain masak-masakan.
5. Cooperatif Play
Merupakan tipe bermain dimana anak bermain dalam kelompok
dengan permainan yang terorganisir, terencana dan ada aturan tertentu.
Contoh : anak bermain petak umpet.
2. Fungsi bermain pada anak
Dunia anak adalah dunia bermain. Dalam kebahagiaan yang
terpancar saat bermain, pada dasarnya anak pun belajar banyak hal. Otak maupun
emosionalnya pun terlatih.
Melatih perkembangan sensorik dan motorik anak
Aktivitas sensorik dan motorik adalah komponen yang paling besar dipergunakan oleh anak ketika bermain. Permainan yang aktif akan melibatkan semua pancaindra sebagai organ sensorik dan melibatkan sebagian besar otot (muskulus) sebagai organ motorik.
Mengasah perkembangan kognitif
Anak kecil mempunyai organ memori yaitu otak (cerebri) yang belum banyak terisi. Melalui bermain anak akan mengeksplorasi dan memanipulasi benda-benda di sekitarnya. Anak-anak akan mengenali dan mempelajari berbagai macam warna, berbagai bentuk, berbagai ukuran, dan penggunaannya.
Setelah mengenali dan mempelajari, selanjutnya anak akan menyimpannya di dalam sel-sel memori (otak). Semakin banyak sel memorinya terisi oleh data-data tertentu yang diperolehnya melalui permainan, maka akan semakin meningkatkan kemampuan kognitifnya.
17
Mengembangkan perkembangan moral dan etika
Selain berinteraksi dengan benda-benda sebagai alat permainan. Anak-anak juga akan berinteraksi dengan non-benda, yaitu teman-teman sepermainannya. Melalui interaksi dengan teman-temannya di dalam kelompok, anak akan belajar tentang bagaimana aturan bermain di dalam kelompok. Misalnya harus bersikap jujur, tidak boleh bermain curang, dan harus mematuhi aturan-aturan permainan.
Meningkatkan kreativitas
Di dalam melakukan permainan, anak-anak dapat menerapkan ide-ide mereka. Semakin banyak media dan jenis permainan yang mereka mainkan, maka akan semakin banyak ide-ide yang bermunculan di dalam pikiran si anak. Ide-ide ini akan memunculkan kreativitas untuk memodifikasi permainan.
Memunculkan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengenali kelebihan dan kekurangannya, kekuatan dan kelemahannya. Anak akan melakukan pengujian terhadap kemampuannya dan kemampuan orang lain. Anak juga akan mempelajari tingkah laku orang lain terhadap dirinya dan tingkah lakunya terhadap orang lain. Anak juga akan mempelajari akibat dari tingkah lakunya terhadap orang lain.
Melatih perkembangan komunikasi dan bahasa
Bagi bayi dan anak-anak, bermain merupakan alat komunikasi. Bayi akan memberikan balasan senyuman ketika dia diberikan senyuman. Bayi akan merasakan kenyamanan bila orang tuanya menatap dengan mata yang teduh. Bagi anak-anak yang belum mampu berkomunikasi secara verbal, menggambar dan bermain peran adalah bahasa dan komunikasi bagi mereka.
18
Melatih perkembangan sensorik dan motorik anak
Aktivitas sensorik dan motorik adalah komponen yang paling besar dipergunakan oleh anak ketika bermain. Permainan yang aktif akan melibatkan semua pancaindra sebagai organ sensorik dan melibatkan sebagian besar otot (muskulus) sebagai organ motorik.
Mengasah perkembangan kognitif
Anak kecil mempunyai organ memori yaitu otak (cerebri) yang belum banyak terisi. Melalui bermain anak akan mengeksplorasi dan memanipulasi benda-benda di sekitarnya. Anak-anak akan mengenali dan mempelajari berbagai macam warna, berbagai bentuk, berbagai ukuran, dan penggunaannya.
Setelah mengenali dan mempelajari, selanjutnya anak akan menyimpannya di dalam sel-sel memori (otak). Semakin banyak sel memorinya terisi oleh data-data tertentu yang diperolehnya melalui permainan, maka akan semakin meningkatkan kemampuan kognitifnya.
17
Mengembangkan perkembangan moral dan etika
Selain berinteraksi dengan benda-benda sebagai alat permainan. Anak-anak juga akan berinteraksi dengan non-benda, yaitu teman-teman sepermainannya. Melalui interaksi dengan teman-temannya di dalam kelompok, anak akan belajar tentang bagaimana aturan bermain di dalam kelompok. Misalnya harus bersikap jujur, tidak boleh bermain curang, dan harus mematuhi aturan-aturan permainan.
Meningkatkan kreativitas
Di dalam melakukan permainan, anak-anak dapat menerapkan ide-ide mereka. Semakin banyak media dan jenis permainan yang mereka mainkan, maka akan semakin banyak ide-ide yang bermunculan di dalam pikiran si anak. Ide-ide ini akan memunculkan kreativitas untuk memodifikasi permainan.
Memunculkan kesadaran diri
Melalui bermain, anak akan mengenali kelebihan dan kekurangannya, kekuatan dan kelemahannya. Anak akan melakukan pengujian terhadap kemampuannya dan kemampuan orang lain. Anak juga akan mempelajari tingkah laku orang lain terhadap dirinya dan tingkah lakunya terhadap orang lain. Anak juga akan mempelajari akibat dari tingkah lakunya terhadap orang lain.
Melatih perkembangan komunikasi dan bahasa
Bagi bayi dan anak-anak, bermain merupakan alat komunikasi. Bayi akan memberikan balasan senyuman ketika dia diberikan senyuman. Bayi akan merasakan kenyamanan bila orang tuanya menatap dengan mata yang teduh. Bagi anak-anak yang belum mampu berkomunikasi secara verbal, menggambar dan bermain peran adalah bahasa dan komunikasi bagi mereka.
18
Sebagai terapi
Ketika anak merasakan ketidaknyamanan, misalnya: anak sedang marah, benci, kesal, takut, dan cemas. Bermain adalah solusi untuk menghilangkan rasa ketidaknyamanan tersebut. Atau ketika anak sedang sakit dan dirawat, bermain dapat menghilangkan rasa ketidaknyamanan akibat sakit dan akibat dirawat di rumah sakit (dampak hospitalisasi). Namun, bermain ketika sakit mempunyai aturan-aturan dan prinsip tertentu. Tidak semua permainan boleh dimainkan oleh anak yang sedang sakit.
Ketika anak merasakan ketidaknyamanan, misalnya: anak sedang marah, benci, kesal, takut, dan cemas. Bermain adalah solusi untuk menghilangkan rasa ketidaknyamanan tersebut. Atau ketika anak sedang sakit dan dirawat, bermain dapat menghilangkan rasa ketidaknyamanan akibat sakit dan akibat dirawat di rumah sakit (dampak hospitalisasi). Namun, bermain ketika sakit mempunyai aturan-aturan dan prinsip tertentu. Tidak semua permainan boleh dimainkan oleh anak yang sedang sakit.
3. Karakteristik bermain
(Mulyadi,2004)
1. Menyenangkan
dan memiliki nilai intrinsik pada anak
2. Tidak memiliki
tujuan ekstrinsik, motivasinya lebihbersifat intrinsik
3. Bersifat spontan
dan sukarela
4. Melibatkan
peran aktif keikutsertaan anak
5. Memiliki
hubungan sistematik yang khusus denganseuatu yang bukan bermain, seperti
kreativitas,pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangansosial dan sebagainya
4. Bermain
selama hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena
suatu alasan yang berencanaatau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di
rumah sakit, menjalani terapi danperawatan sampai pemulangannya kembali
kerumah. Selama proses tersebut, anak danorang tua harus dapat mengalami
berbagai kejadian yang menurut beberapa ditunjukkan dengan pengalaman yang
sangat traumatik dan penuh stress (Wong, 2000).
19
Bermain selama hospitalisasi sangat penting dan
sangat berguna bagi anak tersebut karena bisa menghindari dari stress dan
trauma selama hospitalisasi.
Tetapi ada
prinsip prinsip yang harus di perhatikan pada saat bermain selama hospitalisasi
:
1. Permainan
tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang di jalankan pada anak,
apa bila anak harus tirah baring, harus di pilih permainan yang di atas tempat
tidur, dan anak tidak boleh di ajak bermain dengan kelompoknya di tempat
bermain khusus yang ada diruang rawat.
2. Permainan
yang tidak membutuhkan banyak energy, simple dan sederhana.
3. Permainan
harus mempertimbangkan keamanan anak.
4. Permainan
harus melibatkan kelompok umur yang sama.
5. Melibatkan
orang tua.
20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar