Kamis, 27 Desember 2012


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai mahluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa.
            Setiap perawat perlu memahami perspektif keperawatan anak sehingga dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak selalu berpegang pada prinsip perawatan anak. Perspektif keperawatan anak merupakan landasan berpikir bagi seorang perawat anak dalam melaksanakan pelayanan keperawatan terhadap klien anak maupun keluarganya. Isi bahasan perspektif keperawatan anak mencakup perkembangan keperawatan anak, falsafah keperawatan anak, dan peran perawat anak.
            Untuk bisa memenuhi atau menjadi perawat yang prefesional bagi keperawatan anak perawat juga harus memahami konsep konsep hospitalisasi pada anak. Hospitalisasi adalah bentuk stressor individu yang berlangsung selama individu tersebut dirawat dirumah sakit.
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi individu karena stressor yang dihadapi dapat menimbulkan perasaan tidak aman, seperti:
1. Lingkungan yang asing
2. Berpisah dengan orang yang berarti
3. Kurang informasi
4. Kehilangan kebebasan dan kemandirian
5. Pengalaman yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan , semakin sering berhubungan dengan rumah sakit, maka bentuk kecemasan semakin kecil atau malah sebaliknya.
6. Prilaku petugas Rumah Sakit.

           


1
BAB II
Pembahasan

A.            Perspektif  keperawatan anak dalam konteks keluarga

1.      FALSAFAH KEPERAWATAN ANAK

Falsafah keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma (atraumatic care), dan manajemen kasus.

a.    Perawatan berfokus pada keluarga (family centered care)
       Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu, keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak. Keperawatan anak perlu memperhatikan kehidupan social, budaya, dan ekonomi dari keluarga dapat menentukan pola kehidupan anak selanjutnya factor-faktor tersebut sangat menentukan perkembangan anak dalam kehidupan dimasyarakat.
       Kehidupan anak juga sangat ditentukan oleh bentuk dukungan keluarga, bila dukungan keluarga sangat baik, maka pertumbuhan dan perkembangan anak relatif stabil, tetapi apabila dukungan keluarga pada anak kurang baik, maka anak akan mengalami hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis anak.
       Dengan demikian, dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak, diperlukan keterlibatan keluarga. Seringkali didapatkan dampak cukup berarti pada anak apabila ditinggal sendiri tanpa ada yang menemani seperti kecemasan bahkan menjadi stres yang apabila dibiarkan maka upaya penyembuhan sulit tercapai.
       Kerjasama antara anak dan orang tua dapat terjalin hingga program perawatan dirumah melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam perawatan anak seperti tindakan mengukur suhu ketika panas dan dalam pemberian kompres dingin/hangat.
2
b.   Atraumatic care
       Atraumatic care yang dimaksud disini adalah perawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga. Perawatan tersebut difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma. Perhatian khusus kepada anak sebagai individu yang masih dalam usia tumbuh kembang sangat penting karena masa anak merupakan proses menuju kematangan. Kalau proses menuju kematangan tersebut terdapat hambatan atau gangguan maka anak tidak akan mencapai kematangan.  
       Beberapa kasus yang sering diumpai di masyarakat seperti peristiwa yang dapat menimbulkan trauma pada anak adalah cemas, marah, nyeri dan lain-lain. Apabila hal tersebut dibiarkan  dapat menyebabkan dampak psikologis pada anak dan tentunya akan menganggu perkembangan anak. Dengan demikian atraumatic care diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keprerawatan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma. Beberapa prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat, antara lain:
1)   Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
2)   Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak
3)   Mencegah atau mengurangi cedera ( injury) dan nyeri (dampak psikologis)
4)   Tidak melakukan kekerasan pada anak
5)   Modifikasi lingkungan fisik

c. Manajemen kasus
Pengelolaaan kasus secara komprehensif adalah bagian utama dalam pemberian asuhan keperawatan secara utuh, melalui upaya pengkajian, penentuan diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.Pendekatan psikologis yang dilakukan yang mempersiapkan secara fisik, memberi kesempatan pada orang tua dan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak dan orang tua.


3


2.      PERAN PERAWAT PEDIATRIK

a.       Hubungan terapeutik
Diterapkan dalam berkomunikasi dengan anak dan keluarga, bersifat empati dan professional dengan memisahkan peran perawat dari keluarga tanpa mengganggu kenyamanan anak dan keluarga
b.      Family advocacy/caring
Advokasi meliputi jaminan bahwa keluarga akan mengetahui yankes yang tersedia, diinformasikan tentang prosedur dan pengobatannya secara benar. Caring berarti memberikan yankes secara langsung pada anak. 
c.       Disease prevention/Health promotion
Melakukan dan mengajarkan keluarga tentang bagaimana cara mencegah penyakit baik dari luar maupun dari dalam tubuh.
d.      Health education
Memberikan pendidikan kesehatan yang bertujuan membantu orangtua dan anak memahami suatu pengobatan medis, mengevaluasi pengetahuan anak tentang kesehatan mereka, memberi pedoman antisipasi 
e.       Support/counseling
Memberikan perhatian pada kebutuhan emosi melalui dukungan dan konseling. Dukungan diberikan dengan mendengar, menyentuh dan kehadiran fisik untuk memudahkan komunikasi nonverbal. Sedangkan, konseling dalam bentuk pertukaran pendapat, melibatkan dukungan, penyuluhan teknik untuk membantu keluarga mengatasi stress dan mendorong ekspresi perasaan dan pikiran. Yang membantu keluarga mengatasi stress dan memampukan untuk mendapatkan tingkat fungsi yang lebih tinggi.
f.       Pengambil keputusan etis
Prinsipnya, tindakan yang ditentukan adalah yang paling menguntungkan klien, dan sedikit bahayanya terhadap segala aspek yang berhubungan denagn pelaksanaan asuhan keperawatan. Seperti dalam kerangka kerja mesyarakat, standar praktik professional, hukum, aturan lembaga, tradisi religius, sistem nilai keluarga dan nilai pribadi perawat.

4
g.      Coordination/Collaboration
Bekerjasama dengan spesialis / profesi lain dalam mengatasi kesehatan anak.
h.      Peran restorative
Keterlibatan perawat secara langsung dalam aktivitas pemberi asuhan yang dilakukan atas daar konsep teori yang berfokus pada pengkajian dan evaluasi status yang berkesinambungan. Perawat punya tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap tindakannya.
i.        Research
Melakukan praktik berasarkan penelitian, menerapkan metode inovatif dalam memberikan intervensi pada anak, melakukannya berdasarkan penelitian dan sesuai rasional.
j.        Health care planning
Menggunakan perencanaan & metode yang tepat untuk perawatan anak. Perawat melibatkan penyediaan layanan yang baru, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
k.      Trend masa depan
Ada beberapa hal yang dituntut :
      Pengobatan penyakit (kuratif) menjadi promosi kesehatan (promotif)
      Filosofi asuhan berpusat pada keluarga bukan pilihan melainkan kewajiban
      Perawat dituntut meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan, komputer, membuktikan keunikan peran mereka dan dituntut lebih mandiri dan melebihi lingkungan asuhan terdahulu.


B.     KONSEP SAKIT DAN HOSPITALISASI ANAK

Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Berbagai perasaan yang muncul pada anak yaitu : cemas, marah, sedih, takut, rasa bersalah. Perasaan itu timbul karena menghadapi sesuatu yg baru dan belum pernah dialami sebelumya.

5
Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi sress pula, dan stres orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin miningkat.
Sehingga asuhan keperawatan tidak bisa hanya berfokus pada anak , tetapi juga pada orangtuanya.


1.      Stress dan Reaksi Berhubungan dengan Tingkat Perkembangan
a.       INFANT
Cemas akibat perpisahan dengan orangtua akan menyebabkan gangguan pembentukan rasa percaya dan kasih sayang.
Pada usia lebih 6 bulan akan menyebabkan Stranger Anxiety dimana anak akan :
- menangis        
- marah
- Gerakan yang berlebihan.
Pada usia 6 bulan akan memperlihatkan Separation Anxiety dimana bayi menenagis keras jika ditinggal ibunya.
Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh yg berlebihan dan menangis kuat.

b.      TODLLER
Perpisahan merupakan sumber strees pada usia todller.
Respon prilaku yang anak sesuai dgn  tahapannya yaitu :
1.      Tahap protes : nangis kuat, menjerit memanggil orangtua, menolak perhatian orang lain.
2.      Tahap  putus asa : namgis berkurang, tidak aktif, kurang minat bermain dan makan, menarik diri, sedih dan apatis.
3.      Tahap denial : samar menerima, membina hubungan dangkal, dan anak mulai menyukai lingkungan.
4.      Kehilangan kontrol : setiap pembatasan yang dilakukan anak merasa tidak aman dan mengancam, terganggu aktivitas rutin.

6
5.      Reaksi perlukaan dan sakit: meringis menggingit , memggigit danm emukul, dapat mengkomunikasikan rasa nyeri dan menunjjukkan lokasi.


c.       PRA SEKOLAH
Reaksi terhadap perpisahan : menolak makan , sering bertanya, menangis pelan-pelan  dan tidak kooperatif.
Kehilangan kontrol : pembatasan aktivitas sehari-hari dan kehlangan kekuatan diri.
Reaksi perlukaaan dan sakit : mengganggap tindakan dan prosedur mengancam integritas tubuh. Reaksi yang timbul seperti : anak agresif, ekspresi verbal, regresi.

d.      USIA SEKOLAH
•          Perpisahan : berpisah dgn teman –teman sebaya.
            Kehilangan kontrol : kelemahan fisik dan takut mati.
                     Reaksi perlukaan dan sakit : mengkomunikasikan rasa sakit, dan mampu mengotrol rasa     sakit (gigit bibir dan mengenggam).

e.       USIA REMAJA
•          Perpisahan : pisah dgn teman-teman sebaya.
•         Kehilangan kontrol : menolak, tidak kooperatif dan menarik diri.
•         Reaksi perlukaan dan sakit : perasaan tidak aman sehingga menimbulkan respon
•         banyak bertanya, menarik diri, dan menolak orla.

2.      Stress dan Reaksi pada Keluarga dengan Anak Hospitalisasi

a.              Reaksi ortu :
1.      Perasaan cemas dan takut : perasaan tersebut muncul pada saat ortu melihat anak mendapat prosedur menyakitkan ( Perawat harus bijaksana dan bersikap adil pada anak dan orang tua), banyak bertanya, menarik diri, dan menolak orla.
7
2.   Perasaan Sedih : Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal dan ortu mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh.
3.   Perasaan frustasi :  Muncul pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis.
b.             Reaksi saudara kandung
1.      Marah
2.      Cemburu
3.      Benci dan bersalah

3.Pertumbuhan dan perkembangan anak dalam berbagai kelompok umur
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Seangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak selamanya berjalan sesuai yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor yang dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang menyebabkan gangguan terhadap proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu diubah (dimodifikasi).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut adalah sebagai berikut:
faktor keturunan (herediter)
a.       seks
kecepatan pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak wanita berbeda dengan anak laki-laki
b.      ras
anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan besar dibandingkan dengan anak keturunan bangsa Asia.
8
faktor lingkungan
a.       Lingkungan eksternal
1.      Kebudayaan
Kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan adat kebiasaan dan tingkah laku dalam merawat dan mendidik anak.
2.      Status sosial ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pola asuhan terhadap anak.
Misalnya orang tua yang mempunyai pendidikan cukup mudah menerima dan menerapkan ide-ide utuk pemberian asuhan terhadap anak.
3.      Nutrisi
Untuk tumbuh kembang, anak memerlukan nutrisi yang adekuat yang didapat dari makan yang bergizi. Kekurangan nutrisi dapat diakibatkan karena pemasukan nutrisi yang kurang baik kualitas maupun kuantitas, aktivitas fisik yang terlalu aktif, penyakit-penyakit fisik yang menyebabkan nafsu makan berkurang, gangguan absorpsi usus serata keadaan emosi yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
4.      Penyimpangan dari keadaan normal
Disebabkan karena adanya penyakit atau kecelakaan yang dapat menggangu proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
5.      Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi, dan menstimulasi terhadap perkembangan otot-otot.
6.      Urutan anak dalam keluarganya
Kelahiran anak pertama menjadi pusat perhatian keluarga, sehingga semua kebutuhan terpenuhi baik fisik, ekonomi, maupun sosial.
b.      Lingkungan internal
1.      Intelegensi
pada umumnya anak yang mempunyai intelegensi tinggi, perkembangannya akan lebih baik jika dibandingkan dengan yang mempunyai intelegensi kurang.
2.      hormone
Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak yaitu: somatotropin,hormone
9
yang mempengaruhi jumlah sel untuk merangsang sel otak pada masa pertumbuhan, berkuragnya hormon ini dapat menyebabkan gigantisme; hormon tiroid, mempengaruhi pertumbuhan, kurangnya hormon ini apat menyebabkan kreatinisme; hormon gonadotropin, merangsang testosteron dan merangsang perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa. Sedangkan estrogen merangsang perkembangan seks sekunder wanitadan produksi sel telur.kekurangan hormon gonadotropin ini dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan seks.
3.      Emosi
Hubungan yang hangat dengan ornag lain seperti ayah, ibu, saudara, teman sebaya serta guru akan memberi pengaruh pada perkembangan emosi, sosial dan intelektual anak. Pada saat anakberinteraksi dengan keluarga maka kan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah. Apabila kebutuhan emosi anak tidak dapat terpenuhi.
4.      Pelayanan Kesehatan yang ada di sekitar Lingkungan
Dengan adanya pelayanan kesehatan disekitar lingkungan anak dapat mempengaruhi tunbuh kembang anak, karena dengan anak diharapkan dapat terkontrol perkembangannya dan jika ada masalah dapat segera diketahui sedini mungkin serta dapat dipecahkan / dicari jalan keluarnya dengan cepat.
A.      Pola Pertumbuhan dan Perkembangan
            Pola pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara terus menerus. Pola ini dapat merupakan dasar bagi semua kehidupan manusia, petunjuk urutan dan langkah dalam perkembangan anak ini sudah ditetapkan tetapi setiap orang mempunyai keunikan secara individu.
Pertumbuhan fisik dapat dilihat secara lebih nyata, namun sebenarnya disertai pula dengan pertumbuhan psikososial anak dan diikuti dengan hal-hal dibawah ini:
1.      Directional trends
Pertumbuhan dan perkembangan berjalan secara teratur, berhubungan dengan petunjuk atau gradien atau reflek dari perkembangan fisik dan maturasi dari fungsi neuromuscular. Prinsip-prinsip ini meliputi:
a.       Cephalocandal atau Head to tail direction (dari arah kepala ke kaki)
misalnya: mengangkat kepala, duduk kemudian mengangkat dada dan menggerakkan
10
ekstremitas bagian bawah.
b.      Proximadistal atau near to far direction
(menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat dan pada anggota gerak yang lebih jauh dari pusat. Misalnya: bahu dulu baru jari-jari
c.       Mass to specific atau simple to complex
(menggerakkan daerah yang lebih sederhana dulu baru kemudian yang lebih komplex). Misalnya: mengangkat nahu dulu baru kemudian menggerakkan jari – jari yang lebih sulit atau melambaikan tangan baru bisa memainkan jari.
2.      Sequential trends
Semua dimensi tumbuh kembang dapat diketahui maka sequence dari tumbuh kembang tersebut dapat diprediksi, dimana hal ini berjalan secara teratur dan kontinyu. Semua anak yang normal melalui setiap tahap ini. Setiap fase dipengaruhi oleh fase sebelumnya.
Misal: tengkurap – merangkak – berdiri – berjalan.
3.      Masa sensitive
Pada waktu-waktu yang terbatas selama proses tumbuh kembang dimana anak berinteraksi terutama dengan lingkungan yang ada, kejadian yang spesifik.
Masa-masa tersebut adalah sebagai berikut:
a.       masa kritis
yaitu masa yang apabila tidak dirangsang/berkembang maka hal ini tidak akan dapat digantikan pada masa berikutnya.
b.      masa sensitive
mengarah pada perkembangan dan mikroorganisme. Misalnya pada saat perkembangan otak, ibunya menderita flu maka kemungkinan anak tersebut akan hydrocepallus/encepalitis.
c.       masa optimal
yaitu suatu masa diberikan rangsangan optimal maka akan mencapai puncaknya. Misalnya: anak usia 3 tahun/saat perkembangan otak dirangsang dengan bacaan-bacaan/gizi yang tinggi, maka anak tersebut dapat mencapai tahap perkembangan yang optimal. Perkembangan ini berjalan secara pasti dan tepat, tetapi tidak sama untuk setiap anak.
11
Misalnya: ada yang lebih dulu bicar baru jalan atau sebaliknya ada
yang badannya lebih dulu berkembang kemudian subsistemnya dan sebaliknya dan sebagainya.
Perkembangan fisik berpengaruh secara :
Langsung, akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak.
Tidak langsung, akan berpengaruh terhadap cara pandang dirinya terhadap keadaan dirinya sendiri dan orang lain akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.
Daur pertumbuhan utama
Ada empat periode :
1.      Periode pra lahir s.d 6 bulan adalah periode cepat
2.      Akhir tahun pertama pasca lahir : melambat s. d stabil yaitu antara usia 8 – 12 tahun.
3.      Usia 12 – 18 tahun : periode cepat kembali s. d usia dewasa (ledakan pubertas)
4.      Tahap tenang : dewasa s.d lansia walau berat badan kadang berubah-ubah.

Proporsi tubuh
Masa bayi : ukuran kepala lebih besar dari badan
Masa kanak – remaja pertumbuhan kaki dan tangan lebih cepat daripada kepala
Masa dewasa : kepala lebih kecil dari badan, ukuran kepala 2 x lahir, badan 3 x ukuran lahir, lengan dan kaki 5 kali lahir, otot, tulang, paru – paru dan alat kelamin ± 20 kali lahir.
Otak sempurna 10 tahun pertama, bola mata sempurna 5 tahun pertama, jantung dan anggota tubuh lainnya mencapai 20 tahun untuk mencapai kesempurnaan.
Bentuk bangun tubuh :
Endomorf : gemuk dan berat
Mesomorf : anak kekar, berat bentuk badan segitiga
Ektomorf : kurus dan bertulang panjang


12
Otot dan lemak
Ada tiga periode kritis pembentukan sel lemak :
1)      3 bulan terakhir kehidupan pra lahir
2)      2 – 3 tahun pasca lahir
3)      antara usia 11 – 12 tahun (usia remaja)
Bila setiap periode ini terlalu banyak makan mengandung karbohidrat akan merangsang pertumbuhan sel – sel lemak yang lebih padat dan jika lemak itu sudah terbentuk akan menetap seumur hidup.

Berat Tubuh
Usia 4 bulan : 2 x BBL
Usia 1 tahun : 3 x BBL
Usia 2 – 3 tahun bertambah 2,5 kg setiap tahunnya
(Perkembangan Anak : Elizabeth Hurlock)
Usia 5 tahun : 5 x BBL
Usia remaja 40 – 45 kg
Antara usia 10 – 12 tahun mendekati tahap remaja periode lemak berlangsung selama 2 tahun tapi tidak merata terutama wanita.

Gigi
Mulai erupsi usia 6 – 8 bulan
Usia 9 bulan baru 3 buah gigi
Usia 2 - 2,5 tahun : 20 gigi susu
Urutan Erupsi : gigi depan bawah
Usia 6 tahun : 1 – 2 gigi tetap
Usia 10 tahun : 14 – 16 gigi tetap
Usia 13 tahun 27 – 28 gigi tetap
Usia 17 – 25 tahun : bertambah 4 buah gigi bungsu


13
Makna gigi
Pengaruhnya terhadap emosi, usia 1 – 3 tahun secara emosional terganggu.
Gangguan terhadap keseimbangan tubuh, akibat rasa nyeri dan tidak nyaman.
Isyarat kedewasaan, munculnya gigi tetap pertanda masa kanak berganti menuju tahap dewasa.
Penampilan : mencabut gigi susu yang goyang lebih cepat kan membuat gigi baru tonggos.
Pengucapan kata- kata
Perkembangan susunan saraf
Masa kandungan – 4 tahun sangat pesat (jumlah dan ukuran), setelah itu pengembangan sel saraf dalam fungsi.

Perubahan pada masa remaja
Periode pubertas : usia kedewasaan berlangsung 3 – 4 tahun
Gadis berusi 12 – 14 tahun
Laki-laki berusia 13 – 15 tahun
Ada perubahan hormonal (gonadotropin dan pertumbuhan) dan organ reproduksi

Perubahan tubuh masa pubertas
1. Ukuran tubuh, pertumbuhan cepat 2 tahun sebelum kematangan organ reproduksi, penambahan tinggi 10 – 15 cm dan berat 5 – 10 kg , wanita mencapai tubuh           dewasa usia 18 tahun sementara pria usia 19 – 20 tahun
2. Perubahan proporsi tubuh.
     Ada yang proporsional ada yang tidak
3. Ciri kelamin utama dan sekunder
     Perilaku masa puber : cenderung sulit diduga dan agak melawan norma (tahap negatif), mudah tersinggung, tidak dapat diikuti jalan fikirannya, sangat kritis, ingin mandiri, cenderung menyendiri.
    
14
Perasaan tidak nyaman, sangat memperhatikan pandangan orang lain sehingga berpengaruh terhadap jangka panjangnya dalam sikap, prilaku sosial, minat dan kepribadian.
     Bahaya perkembangan fisik :
     Kematian, 2 minggu pertama kehidupan : masa kritis, 1 tahun pertama kehidupan akibat penyakit, 2 tahun pertama kehidupan akibat kecelakaan.
     Sakit, saluran pencernaan dan pernafasan pada bayi, usia 3 – 8 tahun rawan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Pengertian Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari kemajuan yang sederhana ke keterampilan yang lebih kompleks melalui proses belajar
.

Prinsip – prinsip pertumbuhan dan perkembangan :
     1. Tumbang manusia akna berjalan sesuai dengan yang diprediksikan, berkelanjutan dan berurutan.
     2. Tumbang neuromuskular mengikuti / sesuai dengan pola cephalo-caudal atau proximodistal
3. Setiap perkembangan terkini adalah diyakini sebagai tanda telah selesainya tugas perkembangan yang sebelumnya, dan sebagai dasar untuk mengembangankan keahlian baru.
     4. Tumbang mungkin untuk sementara akan gagal atau menurun selama periode kritis
5. Pola tumbang setiap individu berbeda tergantung genetik. Lingkungan yang mempengaruhi selama masa kritis
.
15


3.      Bermain pada anak
Dunia anak adalah dunia bermain, dalam kehidupan anak-anak, sebagian besar waktunya dihabiskan dengan aktivitas bermain.Pengertian Bermain sendiri merupakan suatu aktivitas di mana anak dapat melakukan atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif, mepersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa.
1.      KLASIFIKASI BERMAIN

Bermain dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu berdasarkan isi permainan dan berdasarkan klasifikasi sosialnya.

Menurut isi permainan, bermain dibagi menjadi enam jenis yaitu :

1.      Social of Affective Play
Dalam permainan ini, anak belajar memberi respon terhadap stimulus yang diberikan oleh lingkungan.
Contoh : Orang tua mengajak bermain ciluk baa, maka anak memberi respon tertawa, tersenyum.

2.      Sense of Pleasure Play
Anak memberi perhatian, menstimulasi indera mereka dan memperoleh kesenangan dari objek yang ada di sekitarnya. Objek tersebut seperti : cahaya, warna, rasa, aroma, tekstur, dan konsistensi dari suatu benda. Kesenangan tersebut dapat diperoleh dengan memegang objek tersebut.
Contoh : anak bermain boneka yang mengeluarkan suara apabila di goyang.

3.      Skill Play
Permainan ini memberi kesempatan pada anak untuk belajar keterampilan tertentu dan anak akan belajar secara berulang-ulang.
      Contoh : anak belajar memegang sendok berukuran kecil.

15
4.      Unoccupied behaviour
Anak tidak bermain scara penuh, namun hanya berfokus sebentar pada hal-hal yang menarik perhatiannya.
Contoh : anak memukul-mukul meja atau kursi yang dilewatinya.

5.      Dramatic Play
Anak berfantasi dengan menjalankan peran tertentu yang mereka lihat dalam kesehariannya.
Contoh : anak bermain sebagi dokter, atau bermain dagang-dagangan.

6.      Games
Anak memilih jenis permainan apakah permainan yang melibatkan orang lain atau anak bermain sndiri.
Contoh : anak bermain puzzel gambar atau menyusun lego.
Menurut karakter sosial, bermain dibagi menjadi lima jenis yaitu :
1.      Onlooker Play
Anak hanya mengamati hal yang menarik perhatiannya tanpa mau terlibat atau anak hanya menjadi penonton yang aktif.
Contoh : anak mengamati anak-anak lain bermain sepeda.

2.      Solitary Play
Anak asyik bermain sendirian, namun terdapat anak lain dengan mainan yang berbeda tetapi dalam area yang sama.

3.      Parallel Play
Jenis permainan ini biasanya dilakuan oleh toddler atau balita, dimana masing-masing anak memiliki mainan yang sama, berada dalam satu area, namun tidak ada interaksi dan tidak saling bergantung pada anak.



16
4.      Assosiative Play
Merupakan tipe bermain dimana anak bermain dalam kelompok, dengan aktivitas yang sama, dapat saling meminjamkan mainan, tetapi belum teorganisir dengan baik. Anak bermain sesuai keinginan masing-masing.
Contoh : anak bermain robot-robotan, mobil-mobilan, anak bermain masak-masakan.

5.      Cooperatif Play
Merupakan tipe bermain dimana anak bermain dalam kelompok dengan permainan yang terorganisir, terencana dan ada aturan tertentu.
Contoh : anak bermain petak umpet.
2.      Fungsi bermain pada anak
Dunia anak adalah dunia bermain. Dalam kebahagiaan yang terpancar saat bermain, pada dasarnya anak pun belajar banyak hal. Otak maupun emosionalnya pun terlatih.

Melatih perkembangan sensorik dan motorik anak

Aktivitas sensorik dan motorik adalah komponen yang paling besar dipergunakan oleh anak ketika bermain. Permainan yang aktif akan melibatkan semua pancaindra sebagai organ sensorik dan melibatkan sebagian besar otot (muskulus) sebagai organ motorik.

Mengasah perkembangan kognitif

Anak kecil mempunyai organ memori yaitu otak (cerebri) yang belum banyak terisi. Melalui bermain anak akan mengeksplorasi dan memanipulasi benda-benda di sekitarnya. Anak-anak akan mengenali dan mempelajari berbagai macam warna, berbagai bentuk, berbagai ukuran, dan penggunaannya.

Setelah mengenali dan mempelajari, selanjutnya anak akan menyimpannya di dalam sel-sel memori (otak). Semakin banyak sel memorinya terisi oleh data-data tertentu yang diperolehnya melalui permainan, maka akan semakin meningkatkan kemampuan kognitifnya.
                                                                            17
Mengembangkan perkembangan moral dan etika

Selain berinteraksi dengan benda-benda sebagai alat permainan. Anak-anak juga akan berinteraksi dengan non-benda, yaitu teman-teman sepermainannya. Melalui interaksi dengan teman-temannya di dalam kelompok, anak akan belajar tentang bagaimana aturan bermain di dalam kelompok. Misalnya harus bersikap jujur, tidak boleh bermain curang, dan harus mematuhi aturan-aturan permainan.

Meningkatkan kreativitas

Di dalam melakukan permainan, anak-anak dapat menerapkan ide-ide mereka. Semakin banyak media dan jenis permainan yang mereka mainkan, maka akan semakin banyak ide-ide yang bermunculan di dalam pikiran si anak. Ide-ide ini akan memunculkan kreativitas untuk memodifikasi permainan.

Memunculkan kesadaran diri

Melalui bermain, anak akan mengenali kelebihan dan kekurangannya, kekuatan dan kelemahannya. Anak akan melakukan pengujian terhadap kemampuannya dan kemampuan orang lain. Anak juga akan mempelajari tingkah laku orang lain terhadap dirinya dan tingkah lakunya terhadap orang lain. Anak juga akan mempelajari akibat dari tingkah lakunya terhadap orang lain.

Melatih perkembangan komunikasi dan bahasa

Bagi bayi dan anak-anak, bermain merupakan alat komunikasi. Bayi akan memberikan balasan senyuman ketika dia diberikan senyuman. Bayi akan merasakan kenyamanan bila orang tuanya menatap dengan mata yang teduh. Bagi anak-anak yang belum mampu berkomunikasi secara verbal, menggambar dan bermain peran adalah bahasa dan komunikasi bagi mereka.

18
Sebagai terapi

Ketika anak merasakan ketidaknyamanan, misalnya: anak sedang marah, benci, kesal, takut, dan cemas. Bermain adalah solusi untuk menghilangkan rasa ketidaknyamanan tersebut. Atau ketika anak sedang sakit dan dirawat, bermain dapat menghilangkan rasa ketidaknyamanan akibat sakit dan akibat dirawat di rumah sakit (dampak hospitalisasi). Namun, bermain ketika sakit mempunyai aturan-aturan dan prinsip tertentu. Tidak semua permainan boleh dimainkan oleh anak yang sedang sakit.



3.      Karakteristik bermain
(Mulyadi,2004)

1.      Menyenangkan dan memiliki nilai intrinsik pada anak
2.      Tidak memiliki tujuan ekstrinsik, motivasinya lebihbersifat intrinsik
3.      Bersifat spontan dan sukarela
4.      Melibatkan peran aktif keikutsertaan anak
5.      Memiliki hubungan sistematik yang khusus denganseuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas,pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangansosial dan sebagainya

4.      Bermain selama hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencanaatau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi danperawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak danorang tua harus dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Wong, 2000).

19
Bermain selama hospitalisasi sangat penting dan sangat berguna bagi anak tersebut karena bisa menghindari dari stress dan trauma selama hospitalisasi.
 Tetapi ada prinsip prinsip yang harus di perhatikan pada saat bermain selama hospitalisasi :
1.      Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang di jalankan pada anak, apa bila anak harus tirah baring, harus di pilih permainan yang di atas tempat tidur, dan anak tidak boleh di ajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada diruang rawat.
2.      Permainan yang tidak membutuhkan banyak energy, simple dan sederhana.
3.      Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak.
4.      Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama.
5.      Melibatkan orang tua.


















20